Selasa, 18 November 2008

Kesedihan Hanya Bagi Mereka Yang Tidak Bersyukur (Suatu Hari Di Tahun 2005)

Pernah suatu ketika saya mendapati hidup saya terasa sangat menyedihkan, saya terpuruk, seketika itu juga saya merasa sebagai manusia dengan predikat manusia paling menyedihkan yang pernah eksis di dunia ini. Saya terus menerus membiarkan diri saya terlarut dalam keadaan itu, segala sesuatu yang saya lakukan kala itu seolah-olah seperti perapian yang siap menghangatkan kesengsaraan dan kesedihan saya. Saya juga tak pernah absent memutar lagu-lagu berirama melankolis, sebagai soundtrack yang melambangkan suasana hati saya. Sampai pada akhirnya saya kelelahan, spontan saya merebahkan tubuh saya dalam dekapan hangat kasur pegas yang pada saat itu saya rasakan sangat-sangat nikmat. Saya memandangi langit-langit kamar saya, tiba-tiba saya bergumam dalam hati:”sebenarnya selama ini saya berada dalam keadaan yang sangat beruntung”. Saya masih beruntung, ketika saya merasa sedih dan dengan sengaja melarutkan diri saya kedalam kesedihan itu, saya bahkan memiliki “fasilitas” untuk menghangatkan suasana kesedihan. Saya masih bisa memutar lagu soundtrack hati saya lewat sebuah iPod. Dan jika saya kelelahan karena telah berlebihan melarutkan diri saya dalam kesedihan, saya mampu merebahkan diri diatas kasur pegas yang terasa sangat memanjakan diri saya. Saya juga masih mampu mengisi perut saya jika saya kelaparan karena terlalu lama melarutkan diri dalam kesedihan dengan uang yang ada ditangan saya. Saya bahkan masih mampu mengunci diri saya di kamar dan menyendiri hanya untuk menambah kepedihan hati saya, dan itu berarti bahwa saya masih punya rumah untuk berteduh. Bukankah sudah sepatutnya saya bersyukur? Hal itulah yang pada akhirnya membuat saya kemudian bangkit, karena saya percaya bahwa banyak orang diluar sana, dengan kesedihan dan permasalahan yang lebih berat mampu tegar berdiri diatas kaki mereka tanpa “fasilitas” apapun. Sedangkan saya, saya malah dengan sengaja memperdalam kesedihan saya dengan “fasilitas-fasilitas” yang ada. Saya memandangi diri saya di cermin, tersenyum, membenahi diri saya, dan berkata dalam hati: “Saya memang tak selalu mendapatkan apa yang saya sukai, oleh karena itu saya akan selalu menyukai apa yang saya dapatkan, itulah arti syukur bagi saya”. Dan akan begitulah Saya hari ini, Esok, dan Seterusnya. Saya akan selalu berusaha memaknai setiap hal dalam hidup saya sebagai sesuatu yang harus saya syukuri, dan akan terus saya “bagikan” lewat blog ini. WELCOME TO MY BLOG FELLA!
“-Sebab, sugguh bersama kesukaran ada keringanan. Sungguh bersama kesukaran ada keringanan. QS 94:5,6-“

Tidak ada komentar:

Posting Komentar